IDEMEDIA BARUTechnology

Bagaimana Tanpa Sadar Saya Merancang Logo AMPRRRONG pada Buku Catatan

oleh Muzeian

Menjadi lulusan sekolah kejuruan desain membuat saya ribet dalam menyusun sebuah logo. Pengetahuan yang saya dapat sebelumnya di bangku sekolah menuntut berbagai spesifikasi fundamental dalam mencipta sebuah ikon identitas visual tertentu. Beberapa kali menyusun logo AMPRRRONG hati kecil merasa kurang sreg. Saya kerap mengotak-atik berbagai rancangan logo tersebut hingga menumpuk berkas proyek yang memenuhi diska laptop saya.

Sebelum mengembangkan lebih lanjut rancangan logo, biasanya saya kerap membuat sketsa pada buku catatan saya lanjut memotret sketsa tersebut dan mengolahnya lebih lanjut di laptop. Sembari mengerjakannya sesekali menilik referensi visual segar pada kolom pencarian web. Nyatanya hal tersebut yang makin membuat saya tidak puas. Terpaku perihal elemen, atribut, persepsi & interpretasi  saya tak kunjung menyelesaikan hajat visual ini.

Buku Catatan Harianku

Meracik logo secara rasional, berpaku pada aneka standar yang diketahui membuat ego makin rewel.  Saya ingin menciptakan logo yang tidak hanya bagus namun juga menggedor batas level fantastis. Membayangkan jajaran ikon logo monumental seperti dimiliki grup band: Slank, Yes, Rolling Stone, Slayer hingga logo-logo grup brand kapital seperti Nike dan Coca-cola. Saya terus membuat bermacam sketsa logo tanpa pernah merasa puas.

Buku catatan, alat tulis dan kertas acak bertumpukan, menyeruak visi kegagalan yang perlahan menyusup. Kipas di dalam mesin laptop meraung,  bersusah payah mendinginkan piranti panas yang saya paksa memproses perintah impulsif. Abu rokok bercecer di permukaan meja dan sudah dipastikan masuk di antara celah kecil papan ketik. Saya semakin putus asa dengan apa yang saya lakukan, membuka kolom Youtube Music dan berhenti berjuang. Ruang kamar menjadi lebih pengap, asap tebal kretek bergumul, saya frustrasi.

Memutar Sigmun dan tanpa sengaja menyadari Freud. 

Tanpa disadari, saya membuka tab baru penelurusan web dan mencoba menyembuhkan rasa penasaran atas sosok Sigmund Freud. Konsepnya tentang “ketidaksadaran yang cair” tampaknya menuntun saya untuk menemukan logo Amprrrong yang saya rancang semenjak lama.  Bagaimana bisa?

Isi Buku Catatanku

Sigmund Freud mengembangkan teori tentang struktur kepribadian yang terdiri dari Id, Ego, dan Superego. Id mewakili dorongan naluriah dan keinginan bawah sadar yang mencari kepuasan instan. Ego berperan sebagai penyeimbang, mengendalikan dorongan Id agar sesuai dengan realitas dan norma sosial. Sementara itu, Superego adalah aspek moral yang berisi nilai-nilai dan aturan yang diinternalisasi dari lingkungan. Ketiga elemen ini saling berinteraksi, membentuk dinamika psikologis yang memengaruhi perilaku manusia.

Ada gerak-gerak tak sadar yang beroperasi dalam kehidupan batin manusia. Freud seolah menggambarkan kehidupan batin itu seperti gunung es, di mana bagian terbesarnya tersembunyi di bawah permukaan laut dan tak dapat ditangkap oleh indra kita. Pada gundukan buku dan kertas, saya seolah menyadari dan menemukan sebuah jawaban.

Saya menemukan sebuah komposisi bercak abstrak pada dasar halaman buku catatan ide saya. Bercak ini bukan hasil perencanaan yang disengaja, melainkan lahir dari rembesan spidol pada halaman terakhir buku catatan ide saya. Bagi saya, rembesan itu bukan sekadar noda, melainkan representasi dari ide-ide spontan yang tanpa sadar tersaring dan mengendap dalam bentuk visual yang segar.

Bercak Rembesan Spidol pada Buku Catatan

Sial, kebetulan ini mengusir kantuk tepat qiroah subuh berkumandang. Segera saya potret halaman tersebut dan mengolahnya lebih matang secara digital. Sembari mengkurasi hal-hal tak perlu pada bercak tersebut saya menemukan persepsi tentang susunan yang mengakomodasi seluruh huruf yang ada pada nama Amprrrong. Tanpa revisi berlebih saya mantapkan bercak tersebut menjadi logo tetap AMPRRRONG.

Susunan yang Mengakomodasi Seluruh Huruf Amprrrong

Seperti halnya ketidaksadaran yang terus bergerak dan membentuk ekspresi tanpa disadari, logo AMPRRRONG muncul sebagai hasil dari proses kreatif yang mengalir bebas, tanpa batasan rasionalitas yang kaku. Hingga kini, logo tersebut tetap saya gunakan, menjadi simbol dari bagaimana gagasan-gagasan intuitif dapat menemukan bentuknya sendiri melalui proses yang tidak terduga.

Catatan, 2025

muzeian
performer dan seniman new media art at Petong Art House | Website | + posts

Latar Belakang Pendidikan dan Profesi:
Lulusan Multimedia SMKN 4 Malang dan B.Ed Fine Arts Universitas Negeri Malang. Ia adalah seniman media nomaden, workshopolog, dan noise performer dari Pasuruan, Jawa Timur.
Praktik Artistik:
Praktik seninya berpusat pada pembongkaran dan perakitan kembali berbagai objek untuk menciptakan bentuk dan konteks baru.
Pengalaman Workshop:
Akrab dengan kegiatan workshop DIY/DIWO dan sering memimpin workshop elektronik DIY, termasuk "Plorok", "Pinarak Workshop Series", dan "Cicadra Insect Synthesizer".
Keterlibatan Kolektif:
Saat ini aktif di beberapa kolektif di Jawa Timur, termasuk sebagai anggota dan salah satu pendiri Bajra Warehouse, anggota Watt Lab, dan penyelenggara acara Unen Unen Ambyar.

muzeian

Latar Belakang Pendidikan dan Profesi: Lulusan Multimedia SMKN 4 Malang dan B.Ed Fine Arts Universitas Negeri Malang. Ia adalah seniman media nomaden, workshopolog, dan noise performer dari Pasuruan, Jawa Timur. Praktik Artistik: Praktik seninya berpusat pada pembongkaran dan perakitan kembali berbagai objek untuk menciptakan bentuk dan konteks baru. Pengalaman Workshop: Akrab dengan kegiatan workshop DIY/DIWO dan sering memimpin workshop elektronik DIY, termasuk "Plorok", "Pinarak Workshop Series", dan "Cicadra Insect Synthesizer". Keterlibatan Kolektif: Saat ini aktif di beberapa kolektif di Jawa Timur, termasuk sebagai anggota dan salah satu pendiri Bajra Warehouse, anggota Watt Lab, dan penyelenggara acara Unen Unen Ambyar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *