Hyperabstract: gaya dan wacana
oleh Wahyu Nugroho (artikel 1/7)
Penamaan gaya dan wacana Hyperabstract yang saya usung berangkat dari sebuah asumsi konseptual yang sederhana namun penting: jika dalam seni lukis realis dikenal istilah Hyperrealism, maka dalam seni abstrak pun seharusnya dimungkinkan hadirnya gaya Hyperabstract. Istilah ini adalah pemberian label, sekaligus sebuah usulan konseptual yang membuka ruang eksplorasi baru dalam praktik seni abstrak.
Meskipun realisme dan abstrak berada di dua kutub ontologis yang berbeda. Kutub pertama bersifat representasional, sementara yang lain non-representasional. Kutub yang lain tetap bergerak dalam spektrum yang sama: spektrum visual. Artinya, keduanya memiliki potensi yang setara untuk didorong ke batas-batas ekstrem dalam hal visualitas, teknis, maupun konsepsi artistik.
Konsepsi artistik dalam seni abstrak merujuk pada cara seniman membangun struktur visual tanpa mengandalkan representasi objek nyata. Ia menyangkut bagaimana seniman mengolah elemen-elemen visual; seperti warna, garis, bidang, dan tekstur. Tujuan menyampaikan pengalaman batin, intuisi, atau refleksi spiritual secara non-verbal. Dalam konteks ini, konsepsi artistik menjadi pondasi penting yang membedakan seni abstrak murni dari yang awalnya gestur spontan; ia menuntut kesadaran penuh dalam mengolah lebih lanjut. Tentang komposisi, mempertimbangkan ruang, ritme, dan intensi ekspresi secara menyeluruh. Seni abstrak bukanlah ketiadaan makna, akan tetapi bentuk lain dari kehadiran makna yang tak dapat dijelaskan melalui bahasa verbal.
Dari pemikiran inilah istilah Hyperabstract saya gunakan, memang bisa saja dimaknai sekedar sebagai gaya personal, tapi juga sebagai sebuah wacana kritis yang bertujuan untuk menggugat dan mempertanyakan stereotip terhadap seni abstrak, khususnya yang berpijak pada tradisi ekspresionisme. Selama ini, seni abstrak sering dipersepsikan sebagai wilayah yang sepenuhnya bebas, intuitif, dan spontan, tanpa perlu memperhitungkan struktur atau kedalaman teknis.

Judul: Hyperabstract 12072025
AOC-40X50cm- 2025
Dalam banyak kasus, abstrak diidentikkan dengan gestur liar dan bentuk yang tak beraturan. Persepsi semacam ini menyebabkan seni abstrak kerap hanya dihargai dari intensitas emosionalnya saja, kurang mempertimbangkan kualitas penciptaan, ketepatan struktur, atau kualitas teknis yang menyertainya.
Hyperabstract hadir sebagai respons terhadap pandangan tersebut. Gaya ini menawarkan pendekatan berbeda yang mencoba mempertemukan dua kutub yang selama ini dianggap saling bertentangan: spontanitas dan presisi, intuisi dan struktur, chaos dan keteraturan. Dalam praktiknya, pendekatan ini bukan hanya soal mengekspresikan emosi secara bebas, tetapi bagaimana mengolah lebih lanjut emosi tersebut ke dalam bentuk visual yang terukur dan terkendali. Proses kreatif dalam Hyperabstract menuntut seniman untuk hadir sepenuhnya – secara spiritual, mental, dan teknis – dalam setiap pengambilan keputusan visual.
Saya memandang bahwa penciptaan dalam Hyperabstract bukanlah soal memilih antara kebebasan atau ketepatan, tetapi bagaimana membangun ketegangan produktif antara keduanya. Justru dalam ruang dialektika itulah muncul kemungkinan-kemungkinan visual yang baru. Ketegangan antara intuisi dan struktur menciptakan ruang bagi bahasa visual yang lebih kaya, lebih tajam, dan lebih personal. Gaya ini bukan upaya untuk menundukkan spontanitas di bawah kendali teknik, melainkan menjadikan keduanya bekerja berdampingan sebagai satu kesatuan sistem kreatif yang utuh.
Lebih jauh, Hyperabstract juga menjadi ruang eksperimen terhadap relasi antara material dan imaterial. Dalam karya-karya saya, bukan sekedar bentuk dan warna yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga ruang kosong, keheningan, dan ritme visual yang muncul di antaranya. Di sinilah letak kontribusi spiritual Hyperabstract . Menampilkan sesuatu yang membuka ruang untuk mengalami sesuatu. Ini adalah bentuk abstrak yang tidak berhenti pada permukaan visual, mengajak pemirsa masuk lebih jauh ke medan rasa, intuisi, dan kontemplasi yang tak terwakili oleh kata-kata.
Lanjut ke artikel ke 2. Membedah “Hyper” dalam Hyperabstract
Di bawah ini materi telah disampaikan pada saat diskusi “HYPERABSTRACT”
Pameran Mini Art Malang (MAM) :
Senin, 4 Aguatus 2024
- Hyperabstract Gaya Dan Wacana
- Membedah “Hyper” dalam Hyperabstract
- Membedah “Abstract” dalam Hyperabstract
- Hyperabstract sebagai Jalan Tengah
- Hyperabstract Antara Intuisi dan Kesadaran Artistik
- Intuisi dan Entitas Non-Fisik Dalam Proses Hyperabstract
- Intuisi sebagai Fondasi Kreativitas dalam Hyperabstract
Wahyu Nugroho adalah penulis dan seniman yang menggelorakan seni drawing di Pasuruan sebagai salah satu bentuk kreativitas demokratis. Melalui teknik pensil sederhana hingga eksperimen Hyperabstract, ia mengubah seni menjadi gerakan komunitas yang inklusif, serta menjadi inspirator seni bagi banyak pemula.