Sluman Slumun Slamet: Perayaan Ekspresi
Oleh: Yudha Prihantanto*
Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan (alam-fisik dan sosial-budaya) memberikan outcome bagi perilaku manusia, termasuk anak. Pendidikan seni pada hakekatnya juga memberikan pengalaman-pengalaman estetik kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan, yaitu creation, performance, dan respons. Seperti pendidikan seni rupa yang dikelola oleh Kak Iron Supaley dengan sanggar Potelot Konte telah berhasil ngemong peserta didiknya dalam mengembangkan potensi kreatif dibidang seni rupa. Terbukti dengan intensitas dan eksistensinya menyelenggarakan ‘Pameran Anak’ yang rutin tiap tahun digelar selama 4 tahun terahir. Ini merupakan pencapaian melalui proses panjang yang tidak mudah dan melelahkan.
Pameran seni rupa yang akan digelar ke empat kalinya ini mengambil tema “Sluman Slumun Slamet”. Tiga kata tersebut memiliki arti masing-masing yaitu sluman berarti lancar, slumun berarti halus, dan slamet berarti aman. Maka secara harfiah sluman slumun slamet adalah “berusaha sebaik mungkin untuk mencapai kesuksesan namun dengan cara yang tidak mencolok”. Pepatah jawa tersebut memiliki makna filosofi yang sangat dalam bagi manusia. Sangat related sekali dengan apapun situasi dan kondisi yang menimpa manusia disegala keadaan. Dimana manusia memiliki lebih memilih untuk diam, acuh, apatis, namun tetap melakukan apa yang dicita-citakan. Berusaha semampunya tanpa ada tendensi pencitraan sebelumnya. Tidak menyinggung kanan kiri, tidak melukai yang lainnya namun tetap selamat sampai tujuan.
Begitupun yang saya amati dari pola pola yang dilakukan Kak Iron Supaley bersama bestienya Mbah Gatot, seorang seniman senior nyentrik segala situasi dan kondisi sejuta ummat yang sangat telaten membersamai generasi muda pada ruang-ruang ekspresi. Mereka lebih memilih tidak ikut arus besar dalam perayaan-perayaan pesta seni. Lebih memilih jalur sendiri agar tetap fokus dan istiqomah menjalani misi keseni rupaan dunia anak-anak dan remaja.

Pada pameran Sluman slumun slamet ini mengajak 96 seniman anak dan remaja berbagai kalangan. Mulai dari sekolah tingkat TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi di wilayah Kota Pasuruan. Bersama mengekspresikan apa yang didengar, dilihat, diingat, disukai, dirindukan, diharapkan, dicita-citakan. Keceriaan, kejujuran, kesederhanaan dan kelugasan meraka terlihat melalui goresan, tulisan, warna dan ekspresi dari krayon, spidol, pensil, cat air, cat akrilik, cat minyak pada media kanvas berukuran 70 x 50 cm. Specialnya pameran ini mengundang guest star dari seniman senior dan professional yaitu Nofi Sucipto, adalah seniman spesialis pop style artwork (karya seni populer). Paling Istimewa dari perhelatan ini adalah terdapat karya 3 anak inklusi (tuna rungu). Akan bersanding juga karya dari putra Wakil Walikota Pasuruan.

Perhelatan seni rupa anak-anak dan remaja yang digelar pada tanggal 28-30 Juni 2024 di Gedung kelurahan Purworejo Kota Pasuruan, mengalami kemajuan yang sangat pesat dari pameran seni yang sebelumnya diselenggarakan. Mulai dari materi karyanya hingga penyajian keseluruhan acara. Acara pembuka dengan tampilan perform tarian, nyanyian, sepenuhnya digarap dengan rapi oleh anak-anak sanggar. Penataan panggung dan konsep tata letak kegiatan disajikan rapi. Hingga dibuka langsung oleh Wakil walikota yakni Mas Adi Wibowo beserta Ibu Ani Wibowo. Beliau mengapresiasi kegiatan kreatif terutama bagi kalangan anak-anak dan remaja. Kegiatan positif ini pun akan diteruskan oleh pemerintah dengan menjadikan kota layak anak, ungkapnya dalam sambutan dipembukaan pameran.

Selain itu, hebatnya, sluman slumun slamet ini dikerjakan secara mandiri oleh paguyuban (orang tua) dari peserta pameran itu sendiri. “Ya wes patungan, Mas, ditelateni pelan-pelan sing penting acara iso berjalan” curhatan pengelola sanggar saat saya kunjungi di markasnya. Ungkapan tersebut mengandung kelelahan dan optimisme yang merupakan fenomena sekaligus dinamika bagi seorang yang memperjuangkan kecintaannya. Dalam hal ini yaitu menumbuh kembangkan bakat anak terhadap yang dicintai yaitu seni rupa.Sluman Slumun Slamet mengajak kita merefleksikan diri.

Betapa mulia dan berharga dunia anak dan remaja sebagai cikal bakal penentu masa depan. Mengingat dimana ratusan anak-anak telah mati di Palestina. Ribuan anak-anak lainnya berhadapan dengan bagaimana cara bertahan hidup. Di sana, orang tua tidak sempat memikirkan nasib dan sarana belajar bagi anaknya. Maka dari sinilah langkah kecil dan kontribusi kongkrit sebuah perdamaian akan tumbuh. Mengabarkan bahwa anak dan remaja memiliki dunia mereka sendiri. Inilah perayaan kejujuran, dan segala harapan yang semoga terlangitkan menjadi kebaikan dalam bentuk apa saja. Sebagai inklusi, simak kutipan puisi Kahlil Gibran buku The Prophet yang diterjemahkan oleh Sapardi menjadi Al Mustafa:
Dan, perempuan yang memeluk bayi di dadanya berkata, bicaralah tentang anak-anak.
Dan, katanya: Anakmu bukanlah anakmu.
Mereka adalah putra putri kerinduan kehidupan terhadap dirinya sendiri.
Mereka terlahir lewat dirimu, tetapi tidak berasal dari dirimu.
Dan, meskipun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu.
Kau boleh memberi mereka cintamu, tetapi bukan pikiranmu.
Sebab, mereka memiliki pikiran sendiri.
Kau bisa memelihara tubuh mereka, tetapi bukan jiwa mereka.
Sebab, jiwa mereka tinggal di rumah masa depan, yang takkan bisa kau datangi, bahkan dalam mimpimu.
Kau boleh berusaha menjadi seperti mereka, tetapi jangan menjadikan mereka seperti kamu.
Sebab, kehidupan tidak bergerak mundur dan tidak tinggal bersama hari kemarin.
Kau adalah busur yang meluncurkan anak-anakmu sebagai panah hidup.
Pemanah mengetahui sasaran di jalan yang tidak terhingga, dan Ia melengkungkanmu sekuat tenaga-Nya agar anak panah melesat cepat dan jauh.
Biarlah tubuhmu yang melengkung di tangannya merupakan kegembiraan. Sebab, seperti cinta-Nya terhadap anak panah yang melesat, Ia pun mencintai busur yang kuat.

*Seniman, praktisi, akademisi dan pendidik seni asal kota Pasuruan. Cekidot klik aja Instagramnya dibawah; @yudha.visualart